Bentuk-bentuk
Silaturrahim
Silaturrahim secara kongkrit dapat diujudkan dalam bentuk antara lain :
1. Berbuat baik (ihsan) terutama dengan memberikan bantuan material untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Allah SWT meletakkan ihsan kepada dzawi al-qurba nomor dua setelah ihsan kepada ibu bapak.
Dzawi al-qurba harus diprioritaskan untuk dibantu, dibanding dengan pihak-pihak lain (yatim,miskin,ibnu sabil dan lain-lain), lebih-lebih lagi bila karib kerabat itu juga miskin atau yatim. Jangan sampai terjadi, seseorang bersikap pemurah kepada orang lain tetapi kikir kepada karib kerabatnya sendiri. Padahal bersedekah kepada karib kerabat bermakna ganda; sedekah dan silaturrahim.
2. Membagi sebagian dari harta warisan kepada karib kerabat yang hadir waktu pembagian, tetapi tidak mendapat bagian karna terhalang oleh ahli waris yang lebih berhak (mahjub).
Misalnya, paman tidak mendapat warisan karena ada anak laki-laki. Kalau waktu pembagian warisan paman hadir, maka dianjurkan untuk memberikan sekedarnya dari harta warisan itu. Ini tentu dimaksudkan untuk menjaga atau mempererat hubungan persaudaraan antara sesama karib kerabat.
3. Memelihara dan meningkatkan rasa kasih sayang sesama kerabat dengan sikap saling kenal-mengenal, hormat-menghormati,bertukar salam, kunjung-mengunjungi, surat-menyurat, bertukar hadiah, jenguk-menjenguk, bantu-membantu, dan menyelenggarakan walimahan dan lain-lain yang mungkin dilakukan untuk meningkatkan persaudaraan. Rasulullah SAW bahkan pernah memerintahkan kepada para sahabat untuk mengetahui sislsilah (garis keturunan) untuk silaturrahim.
Manfaat Silaturrahim
Disamping meningkatkan hubungan persaudaraan antara sesama karib kerabat, silaturrahim juga memberi manfaat lain yang besar baik didunia maupun akhirat.
1. Mendapat rahmat, nikmat dan ihsan Allah SWT
Dalam sebuah hadis riwayat Abu hurairah, Rasulullah SAW menggabarkan secara metaforis dialog Allah SAW dengan rahim.
2. Masuk surga dan jauh dari neraka
Secara khusus disebut oleh Rasulullah SAW bahwa sesudah beberapa amalan pokok, silaturrahim dapat mengntarkan seseorang ke surga dan menjauhkannya dari neraka.
3. Lapangan rezki dan panjang umur
Secara lebih kongkrit Rasulullah SAW menjanjikan rezki yang lapangan dan umur yang panjang bagi orang-orang yang melakukan silaturrahim.
Dilapangan rizki dapat dipahami secara obyektif, karena salah satu modal untuk mendapatkan rezki adalah hubungan baik dengan sesama manusia. Peluang-peluang bisnis misalnya akan terbuka dari banyaknya hubungan kita dengan masyarakat luas.
Bahkan dalam zaman sekarang kepercayaan rekanan bisnis lebih diutamakan dari modal besar sekalipun. Banyaknya berdagang tanpa modal kecuali kepercayaan. Logikanya, seorang yang tidak mampu membina hubungan baik dengan karib kerabatnya sendiri, bagaimana bisa dipercaya dapat berhubungan baik dengan masyarakat yang lebih luas.
Sedangkan panjang umur bisa dalam pengertian yang sebenarnya yaitu ditambah umurnya dari yang sudah ditentukan; atau dalam pengertian simbolis, menunjukkan umur yang mendapat taufik dari Allah SWT sehingga berkah dan bermanfaat bagi umat manusia sehingga namanya abadi, dikenang sampai waktu yang lama.
Apabila seseorang mempunyai hubungan yang baik dengan sanak saudaranya maka sekalipun dia sudah meninggal, namanya akan selalu dikenang. Apalagi kalau dia meninggalkan shadaqah jariah atau hasil karya yang tidak hanya bermanfaat bagi sanak familinya tetapi juga bagi umat manusia secara luas.
Imam Syafa’i misalnya sudah berapa ratus tahun yang lalu meninggal dunia, tetapi berkat jasa-jasanya, sampai hari ini namanya masih abadi dalam hati kaum muslimin diseluruh dunia. Begitulah juga imam-imam dan para ulama yang lainnya. Tetapi kalau seseorang tidak mempunyai hubungan yang baik semasa hidupnya dan tidak pula punya jasa yang patut dikenang, belim lama meninggal dunia dia sudah dilupakan. Bahkan ada yang dikira sudah meninggal padahal masih hidup.
Memutuskan Silaturrahim
Disamping mendorong untuk melakukan silaturrahim, islam juga mengingatkan secara tegas bahkan mengancam dengan dosa yang besar bagi orang-orang yang memutuskan silaturrahim (qathi’ah ar-rahim).
Diatas sudah dijelaskan bahwa silaturrahim dilaksanakan antara lain dengan berbuat ihsan, seperti membagi sebagian dari harta warisan kepada karib kerabat yang tidak mendapat bagian karena haknya terhalang, dan membina hubungan persaudaraan dan kasih sayang dengan saling kenal-mengenal, kunjung-mengunjungi, tolong-menolong, dan lain-lain sebagainya.
Maka orang-orang yang tidak melakukan hal-hal yang demikian bisa diartikan telah memutuskan hubungan kekeluargaan atau memutuskan silaturrahim. Tentu tingkatan pemutusan itu berbeda-beda, ada yang masih dalam tingkat yang ringan, ada yang sedang dan ada yang sudah sampai ketingkat yang lebih berat. Ringan beratnya tingkat pemutusan silaturrahim tergantung kepada tingkat ketidakpedulian seseorang dengan karib kerabatnya.
Yang parah lagi, kalau qathiah ar-rahim itu sampai ke tingkat tidak saling tegur sapa bahkan permusuhan. Kita kemukakan dua ilustrasi contoh qathiah ar-rahim; yang pertama disengaja dan yang kedua tidak sengaja (hanya karena niat baik semata). Pertama bila seseorang janda dendam dengan mantan suaminya dengan mantan suaminya yang menceraikannya dan meninggalkan anaknya dengan tidak bertanggung jawab sama sekali, maka setelah anak itu dibesarkan dan dididiknya sehingga menjadi orang yang sukses, dia melarang anaknya membantu bapaknya, bahkan melarangnya berhubungn sama sekali.
Si janda tadi telah melakukan tindakan yang fatal didorong oleh dendamnya. Dia harus menyadari antara suami istri boleh berpisah tapi antara anak dan orang tua tidak ada istilah pisah. Kedua, orang tua angkat merahasiakan siapa orang orang tua kandung anak angkatnya, tidak hanya pada waktu anak-anak saja, tetapi juga dirahasiakan sampai anak itu sudah dewasa. Tindakan seperti ini menghalangi anak untuk berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Jangankan berbuat baik, tahupun tidak siapa orang tuanya. Tindakan yang kedua inipun tetap tercela walaupun dengan maksud baik, yaitu tidak ingin menjadikan anak kecewa setelah dia tahu siapa orang tua kandungnya yang sebenarnya.
Demikian bagaimana akhlak seorang muslim dengan karib kerabanya yang dapat kita simpulkan dalam satu kalimat yaitu silaturrahim.
Silaturrahim secara kongkrit dapat diujudkan dalam bentuk antara lain :
1. Berbuat baik (ihsan) terutama dengan memberikan bantuan material untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Allah SWT meletakkan ihsan kepada dzawi al-qurba nomor dua setelah ihsan kepada ibu bapak.
Dzawi al-qurba harus diprioritaskan untuk dibantu, dibanding dengan pihak-pihak lain (yatim,miskin,ibnu sabil dan lain-lain), lebih-lebih lagi bila karib kerabat itu juga miskin atau yatim. Jangan sampai terjadi, seseorang bersikap pemurah kepada orang lain tetapi kikir kepada karib kerabatnya sendiri. Padahal bersedekah kepada karib kerabat bermakna ganda; sedekah dan silaturrahim.
2. Membagi sebagian dari harta warisan kepada karib kerabat yang hadir waktu pembagian, tetapi tidak mendapat bagian karna terhalang oleh ahli waris yang lebih berhak (mahjub).
Misalnya, paman tidak mendapat warisan karena ada anak laki-laki. Kalau waktu pembagian warisan paman hadir, maka dianjurkan untuk memberikan sekedarnya dari harta warisan itu. Ini tentu dimaksudkan untuk menjaga atau mempererat hubungan persaudaraan antara sesama karib kerabat.
3. Memelihara dan meningkatkan rasa kasih sayang sesama kerabat dengan sikap saling kenal-mengenal, hormat-menghormati,bertukar salam, kunjung-mengunjungi, surat-menyurat, bertukar hadiah, jenguk-menjenguk, bantu-membantu, dan menyelenggarakan walimahan dan lain-lain yang mungkin dilakukan untuk meningkatkan persaudaraan. Rasulullah SAW bahkan pernah memerintahkan kepada para sahabat untuk mengetahui sislsilah (garis keturunan) untuk silaturrahim.
Manfaat Silaturrahim
Disamping meningkatkan hubungan persaudaraan antara sesama karib kerabat, silaturrahim juga memberi manfaat lain yang besar baik didunia maupun akhirat.
1. Mendapat rahmat, nikmat dan ihsan Allah SWT
Dalam sebuah hadis riwayat Abu hurairah, Rasulullah SAW menggabarkan secara metaforis dialog Allah SAW dengan rahim.
2. Masuk surga dan jauh dari neraka
Secara khusus disebut oleh Rasulullah SAW bahwa sesudah beberapa amalan pokok, silaturrahim dapat mengntarkan seseorang ke surga dan menjauhkannya dari neraka.
3. Lapangan rezki dan panjang umur
Secara lebih kongkrit Rasulullah SAW menjanjikan rezki yang lapangan dan umur yang panjang bagi orang-orang yang melakukan silaturrahim.
Dilapangan rizki dapat dipahami secara obyektif, karena salah satu modal untuk mendapatkan rezki adalah hubungan baik dengan sesama manusia. Peluang-peluang bisnis misalnya akan terbuka dari banyaknya hubungan kita dengan masyarakat luas.
Bahkan dalam zaman sekarang kepercayaan rekanan bisnis lebih diutamakan dari modal besar sekalipun. Banyaknya berdagang tanpa modal kecuali kepercayaan. Logikanya, seorang yang tidak mampu membina hubungan baik dengan karib kerabatnya sendiri, bagaimana bisa dipercaya dapat berhubungan baik dengan masyarakat yang lebih luas.
Sedangkan panjang umur bisa dalam pengertian yang sebenarnya yaitu ditambah umurnya dari yang sudah ditentukan; atau dalam pengertian simbolis, menunjukkan umur yang mendapat taufik dari Allah SWT sehingga berkah dan bermanfaat bagi umat manusia sehingga namanya abadi, dikenang sampai waktu yang lama.
Apabila seseorang mempunyai hubungan yang baik dengan sanak saudaranya maka sekalipun dia sudah meninggal, namanya akan selalu dikenang. Apalagi kalau dia meninggalkan shadaqah jariah atau hasil karya yang tidak hanya bermanfaat bagi sanak familinya tetapi juga bagi umat manusia secara luas.
Imam Syafa’i misalnya sudah berapa ratus tahun yang lalu meninggal dunia, tetapi berkat jasa-jasanya, sampai hari ini namanya masih abadi dalam hati kaum muslimin diseluruh dunia. Begitulah juga imam-imam dan para ulama yang lainnya. Tetapi kalau seseorang tidak mempunyai hubungan yang baik semasa hidupnya dan tidak pula punya jasa yang patut dikenang, belim lama meninggal dunia dia sudah dilupakan. Bahkan ada yang dikira sudah meninggal padahal masih hidup.
Memutuskan Silaturrahim
Disamping mendorong untuk melakukan silaturrahim, islam juga mengingatkan secara tegas bahkan mengancam dengan dosa yang besar bagi orang-orang yang memutuskan silaturrahim (qathi’ah ar-rahim).
Diatas sudah dijelaskan bahwa silaturrahim dilaksanakan antara lain dengan berbuat ihsan, seperti membagi sebagian dari harta warisan kepada karib kerabat yang tidak mendapat bagian karena haknya terhalang, dan membina hubungan persaudaraan dan kasih sayang dengan saling kenal-mengenal, kunjung-mengunjungi, tolong-menolong, dan lain-lain sebagainya.
Maka orang-orang yang tidak melakukan hal-hal yang demikian bisa diartikan telah memutuskan hubungan kekeluargaan atau memutuskan silaturrahim. Tentu tingkatan pemutusan itu berbeda-beda, ada yang masih dalam tingkat yang ringan, ada yang sedang dan ada yang sudah sampai ketingkat yang lebih berat. Ringan beratnya tingkat pemutusan silaturrahim tergantung kepada tingkat ketidakpedulian seseorang dengan karib kerabatnya.
Yang parah lagi, kalau qathiah ar-rahim itu sampai ke tingkat tidak saling tegur sapa bahkan permusuhan. Kita kemukakan dua ilustrasi contoh qathiah ar-rahim; yang pertama disengaja dan yang kedua tidak sengaja (hanya karena niat baik semata). Pertama bila seseorang janda dendam dengan mantan suaminya dengan mantan suaminya yang menceraikannya dan meninggalkan anaknya dengan tidak bertanggung jawab sama sekali, maka setelah anak itu dibesarkan dan dididiknya sehingga menjadi orang yang sukses, dia melarang anaknya membantu bapaknya, bahkan melarangnya berhubungn sama sekali.
Si janda tadi telah melakukan tindakan yang fatal didorong oleh dendamnya. Dia harus menyadari antara suami istri boleh berpisah tapi antara anak dan orang tua tidak ada istilah pisah. Kedua, orang tua angkat merahasiakan siapa orang orang tua kandung anak angkatnya, tidak hanya pada waktu anak-anak saja, tetapi juga dirahasiakan sampai anak itu sudah dewasa. Tindakan seperti ini menghalangi anak untuk berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Jangankan berbuat baik, tahupun tidak siapa orang tuanya. Tindakan yang kedua inipun tetap tercela walaupun dengan maksud baik, yaitu tidak ingin menjadikan anak kecewa setelah dia tahu siapa orang tua kandungnya yang sebenarnya.
Demikian bagaimana akhlak seorang muslim dengan karib kerabanya yang dapat kita simpulkan dalam satu kalimat yaitu silaturrahim.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar